KOMPAS.TV - Tiga bulan telah berlalu, namun Indonesia belum mampu melunakkan kerasnya hati Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mengetok tarif barang sebesar 32 persen. Hingga kini, tidak ada yang berubah. Tarif tetap bertahan di angka 32 persen.
Indonesia belum sukses melobi, meskipun sudah menawarkan impor lebih dari Rp500 triliun untuk menekan defisit Amerika Serikat dan meredam kemarahan Trump.
Di sisi lain, negara-negara yang tergabung dalam BRICS Plusatau yang oleh Trump disebut sebagai kelompok "anti-Amerika"terkesan merespons santai berbagai ancaman Presiden AS itu. Kelompok BRICS mengklaim bahwa tidak ada pihak yang akan menang dalam perang dagang global.
Benarkah klaim tersebut? Kompas Bisnis akan mengulas data lengkapnya bersama Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, terkait ketetapan tarif oleh Trump, kegagalan lobi Indonesia, dan sikap negara-negara BRICS dalam menghadapi tekanan dagang Amerika Serikat.
Baca Juga Pengamat Baca Alasan DPR Belum Bahas Pemakzulan Gibran-Kekuatan 'Keluarga Solo' | SAPA PAGI di https://www.kompas.tv/nasional/604081/pengamat-baca-alasan-dpr-belum-bahas-pemakzulan-gibran-kekuatan-keluarga-solo-sapa-pagi
#brics #tariftrump #pemerintah #ekonomi
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/ekonomi/604096/full-ekonom-bongkar-dampak-tarif-trump-dan-brics-ke-ri-mana-lebih-kuat